Selasa, 26 September 2017

LANDASAN FILOSOFIS KURIKULUM

Di dalam mengembangkan kurikulum penting memperhatikan landasan-landasan pengembangannya yaitu berupa landasan yuridis, filosofis, Empiris, dan teoritik. Salah satu landasan dalam pengembangan kurikulum yang akan dibahas pada perbincangan kali ini adalah landasan filosofis. Berbicara mengenai landasan filosofis, tentu saja berbicara tentang filsafat-filsafat pendidikan yang berkaitan dengan pengembangan arah dan orientasi kurikulum. Didalam filsafat pendidikan kita menentukan keputusan, pilihan, dan alternatif pendidikan kita.  selain itu, Filsafat membahas aspek kehidupan yang lebih besar dan cara kita mengatur pikiran dan menafsirkan fakta. Ini adalah upaya untuk memahami kehidupan- masalah dan permasalahannya secara penuh. Singkatnya pembicaraan kita adalah untuk mengetahui apakah kurikulum tersebut merupakan kurikulum esensialis, perenialis,  humanis , progresif, ataukah rekonstruksi sosial.

Landasan filosofis berkaitan dengan pentingnya rumusan  yang diperoleh dari pemikiran mendalam, analisis, sistematis dalam merencanakan, melaksanakan, membina, dan mengembankan kurikulum baik secara tertulis maupun pelaksanaannya disekolah. Kemudian , landasan ini juga berpijak dari tiga dimensi kehidupan bangsa yaitu  masa lalu-masa sekarang-masa yang akan datang, menjadi landasan filosofis pengembangan kurikulum. Pewarisan nilai dan pretasi bangsa di masa lampau memberikan dasar bagi kehidupan bangsa dan individu sebagai anggota masyarakat, modal yang digunakan dan dikembangkan untuk membangun kualitas kehidupan bangsa dan individu yang diperlukan bagi kehidupan masa kini, dan keberlanjutan kehidupan bangsa dan warga negara di masa mendatang. Dengan tiga dimensi kehidupan tersebut, kurikulum selalu menempatkan peserta didik dalam lingkungan sosial- budayanya, mengembangkan kehidupan individu peserta didik sebagai warga negara yang tidak kehilangan kepribadian dan kualitas untuk kehidupan masa kini yang lebih baik, dan membangun kehidupan masa depan yang lebih baik.

Ournsteins dan Hunstein menyebutkan empat filsafat utama yang paling berpengaruh dalam pendidikan di A.S yaitu idealisme, realisme, pragmatisme, dan eksistensialisme . dimana idealisme dan realisme bersifat tradisional, sedangkan pragmatisme dan eksistensialisme bersifat kontemporer.

1.    Idealsime
Fisafat ini dirumuskan diantaranya oleh Plato dan agustinus. Pada idealis belajar adalah proses intelektual terutama yang melibatkan mengingat dan gagasan, pendidikan benar-benar memperhatikan masalah konseptual. Pendidik yang idealis lebih memilih kurikulum yang menghubungkan gagasan dan konsep satu sama lainnya. Kaum idealis menganggap pelajaran klasik itu ideal, karena mengandung kebenaran moral yang abadi.

2.    Realisme
Filsafat ini sering dikaitkan dengan Aristoteles dan Aquinas . Dimana, realisme memandang dunia dalam hal objek dan materi. Orang bisa mengenal dunia melalui indra dan pikiran mereka. Semua berasal dari alam dan tunduk pada hukumnya. Perilaku manusia itu rasional bila sesuai dengan hukum alam serta hukum fisik dan sosial. Segala sesuatu memiliki tujuan dan  tujuan manusia adalah untuk berfikir.seperti halnya idealis , realis menekankan kurikulum yang terdiri dari area konten terpisah , seperti sejarah dan zoologi, dan memberi peringkan subjek paling umum dan absrak. Pelajaran lebih ditekankan pada penumbuhan logika dan pikiran abstrak.

3.    Pragmatisme
Pragmatisme berkembang tahun 1900 di A.S , filsafat ini menekankan pengetahuan sebagai proses dimana realita terus berubah, tidak ada kebenaran mutlak atau universal. Hal ini berbeda dengan idealisme dan realisme yang lebih menekankan pada materi pelajaran. Pada pragmatisme belajar terjadi saat orang tersebut terlibat dalam pemecahan masalah. Pelajar dan lingkungannya akan selalu berubah dan pengajaran harus berfokus pada pemikiran kritis dengan pertanyaan seperti “mengapa?””bagaimana bisa” dan “bagaimana jika”, jauuh lebih penting dari sekedar “apa””siapa dan ”kapan?”

4.    Eksistensialisme
Filsafat ini berkembang sebelum tahun 1900 di A.S, dan sangat populer di Eropa setelah perang dunia ke II. Menurut filsafat ini  orang terus membuat pilihan dengan demikian dapat mendefinisikan diri mereka sendiri. Kita adalah apa yang kita pilih, dengan tersebut kita membuat esensi dan identitas kita sendiri. Oleh karenanya filsafat ini lebih menekankan pada individualisme dan pemenuhan diri sendiri. Siswa dianjurkan memilih bagaimana dan apa yang mereka pelajari, namun hal semacam ini kurang sistematis di tingkat sekolah dasar. Pendidikan harus mengembangkan kesadaran akan pilihan dan signifikansinya. Kurikulum eksistensialis terdiri dari pengalaman dan pelajaran yang memberikan kebebasan individu dan pilihan. Misalnya, seni ditekankan karena memang mereka menumbuhkan ekspresi diri dan menggambarkan kondisi dan situasi manusia yang melibatkan pilihan. Guru dan siswa mendiskusikan kehidupan dan pilihan mereka.

Kemudian terdapat empat filosofi pendidikan yang telah disepakati yaitu : perennialisme, esensialisme, progresivisme, dan rekonstruksiisme , masing-masing filosofi ini dapat berakar dari empat filsafat yang sudah dijelaskan diatas. Ella Yulaelawati (2003) menjelaskan filsafat-filsafat tersebut diantaranya sebagai berikut:

1.    Perenialisme 
Perenialisme adalah filsafat pendidikan tertua dan paling konservatif. lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu dan bersifat tradisional. Dimana tujuan pendidikan adalah mengembangkan orang yang rasional dan menemukan kebenaran universal dengan mengembangkan kcerdasan dan karakter moral siswa.
Kurikulum perennialist berpusat pada subjek; Ini sangat bergantung pada disiplin yang ditetapkan atau badan isi yang disusun secara logis, menekankan bahasa, sastra, matematika, dan sains. Guru dipandang sebagai pihak berwenang di bidangnya. Mereka merangsang diskusi dan kekuatan rasional siswa. Pengajaran didasarkan terutama pada metode Sokrates: eksposisi, ceramah, dan penjelasan lisan. Tekanannya adalah pada melestarikan pengetahuan, nilai, disposisi, dan adat istiadat terbaik dari masa lalu yang jauh dan yang lalu. Tantangan pendidikan adalah menawarkan kurikulum yang memungkinkan siswa untuk memahami sejarah dan budaya mereka. Pendidikan bertujuan untuk mendorong siswa, warganegara masa depan kita, penegasan kembali komitmen terhadap masyarakat mereka dan pembaharuan penilaian kontribusi budaya mereka. Intinya, perennialisme adalah filsafat Barat yang menelusuri akarnya kembali ke perkembangan realisme Aristoteles

2.    Essensialisme 
Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.

Peran guru esensialis mengikuti filosofi perennialis. Guru dianggap sebagai master subjek tertentu dan model yang layak ditiru. Guru bertanggung jawab untuk kelas dan menentukan kurikulum dengan masukan siswa minimal. Guru dihormati sebagai otoritas, menunjukkan standar yang tinggi, dan mengharapkan hal yang sama dari siswa

3.    Progresivisme 
Fisafat ini menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.

4.    Rekonstruktivisme
Rekonstruktivisme  merupakan lanjutan dari aliran progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu ? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dari pada proses.

Bagaimana memilih filsafat yang tepat untuk digunakan dalam pengembangan kurikulum negara kita  (Indonesia)? kemudian filsafat pendidikan manakah yang paling berpengaruh  pada kurikulum sekarang dan yang telah lampau, bagaimana? 

Sumber bacaan :
Ornstein, A.C., dan Hunkins , F.P., Curriculum : Foundations, Principles, and Issues , seventh edition.  
Tim pengembang ilmu pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu dan aplikasi pendidikan : imtima 

Rabu, 13 September 2017

KONSEP DAN PRINSIP DASAR PENGEMBANGAN KURIKULUM

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang. Berbicara tentang pendidikan tak akan pernah lepas dari satu hal yang disebut dengan kurikulum. Karena kurikulum adalah hal yang sangat penting didalam keberhasilan suatu sistem pendidikan. Bahkan karena betapa pentingnya kurikulum didalam pendidikan, Indonesia sudah mengalami pergantian kurikulum sebanyak sepuluh kali sejak kemerdekaan bangsa ini diproklamirkan.
kurikulum sangat penting diperhatikan dan dikembangkan dalam mengusahakan terwujudnya pendidikan yang optimal di negeri ini, karena kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan baik mengenai isi dan bahan pelajaran maupun cara yang digunakan sebagai pedoman untuk menggunakan aktivitas belajar mengajar. Kurikulum juga dipandang sebagai program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan dalam mencapai tujuan pendidikan. ada beberapa pengertian terkait dengan kurikulum. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa kurikulum sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum dalam arti sempit merupakan kumpulan berbagai mata pelajaran yang diberikan peserta didik melalui kegiatan yang dinamakan proses pembelajaran (Kwartolo, 2002). Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kurikulum adalah seperangkat dokumen yang berisikan rambu-rambu atau pedoman dalam menyusun perangkat pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Begitu pentingnya kurikulum didalam kegiatan pendidikan maka ia harus benar-benar dikembangkan.

Ada tiga konsep yang harus  diperhatikan  dalam  mengembangkan kurikulum  diantara yaitu: 

1. Kurikulum sebagai suatu substansi, Suatu kurikulum dianggap sebagai suatu rencana kegiatan  belajar  bagi murid-murid disekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai.
2. Kurikulum sebagai suatu sistem, sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan,  bahkan sistem mayarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup struktur personalia, dan prosedur kerja bagaiman cara menyusun suatu kurikulum, melaksanakan dan mengevaluasi serta menyempurnakannya. 
3. Kurikulum sebagai suatu bidang studi. Dalam hal ini merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sitem kurikulum

Adapun prinsip-prinsip dalam pegembangan kurikulum (Hermawan dkk, 2002) : Prinsip relevansi, Prinsip efektifitas,  Prinsip efisiensi, Prinsip Fleksibilitas, dan Prinsip integritas. Kemudian, Dalam suatu penyusunan Kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa menggunakan landasan pengembangan kurikulum itu sendiri, dan dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum sangat dibutuhkan landasan yang kuat dan kokoh untuk dapat dijadikan pijakan dalam melakukan proses pendidikan sehingga suatu pendidikan dapat berjalan secara efesien dan sesuai dengan tujuan pendidikan seperti yang terdapat pada UU No.20 tahun 2003. kemudian adapun landasan Kurikulum terbagi atas 4 bagian antara lain : Landasan Filosofis, Landasan Psikologis, Landasan Sosiologis dan Landasan Lainnya seperti IPTEK. 
Sebagaimana kita ketahui bahwa IPTEK dewasa ini berkembang sangat jauh berkembang. kira-kira, menurut pendapat anda apakah kurikulum yang ada saat ini sudah dapat menunjang kebutuhan kita untuk turut serta didalam perkembangan IPTEK jika dibandingkan dengan kemajuan-kemajuan didunia luar yang sudah sangat jauh di depan kita ? 


MENGANALISIS PESERTA DIDIK DAN KONTEKS

T ak hanya perancang harus menentukan apa yang harus diajarkan, tapi juga karakteristiknya dari peserta didik, konteks dimana instruksi a...