Di dalam
mengembangkan kurikulum penting memperhatikan landasan-landasan pengembangannya
yaitu berupa landasan yuridis, filosofis, Empiris, dan teoritik. Salah satu
landasan dalam pengembangan kurikulum yang akan dibahas pada perbincangan kali
ini adalah landasan filosofis. Berbicara mengenai landasan filosofis, tentu saja
berbicara tentang filsafat-filsafat pendidikan yang berkaitan dengan
pengembangan arah dan orientasi kurikulum. Didalam filsafat pendidikan kita menentukan
keputusan, pilihan, dan alternatif pendidikan kita. selain itu, Filsafat membahas aspek kehidupan yang lebih
besar dan cara kita mengatur pikiran dan menafsirkan fakta. Ini adalah upaya
untuk memahami kehidupan- masalah dan permasalahannya secara penuh. Singkatnya pembicaraan
kita adalah untuk mengetahui apakah kurikulum tersebut merupakan kurikulum
esensialis, perenialis, humanis , progresif,
ataukah rekonstruksi sosial.
Landasan
filosofis berkaitan dengan pentingnya rumusan yang diperoleh dari pemikiran mendalam,
analisis, sistematis dalam merencanakan, melaksanakan, membina, dan
mengembankan kurikulum baik secara tertulis maupun pelaksanaannya disekolah. Kemudian , landasan ini juga berpijak dari tiga
dimensi kehidupan bangsa yaitu masa
lalu-masa sekarang-masa yang akan datang, menjadi landasan filosofis
pengembangan kurikulum. Pewarisan nilai dan pretasi bangsa di masa lampau
memberikan dasar bagi kehidupan bangsa dan individu sebagai anggota masyarakat,
modal yang digunakan dan dikembangkan untuk membangun kualitas kehidupan bangsa
dan individu yang diperlukan bagi kehidupan masa kini, dan keberlanjutan
kehidupan bangsa dan warga negara di masa mendatang. Dengan tiga dimensi
kehidupan tersebut, kurikulum selalu menempatkan peserta didik dalam lingkungan
sosial- budayanya, mengembangkan kehidupan individu peserta didik sebagai warga
negara yang tidak kehilangan kepribadian dan kualitas untuk kehidupan masa kini
yang lebih baik, dan membangun kehidupan masa depan yang lebih baik.
Ournsteins dan Hunstein menyebutkan empat filsafat utama yang
paling berpengaruh dalam pendidikan di A.S yaitu idealisme, realisme, pragmatisme,
dan eksistensialisme . dimana idealisme dan realisme bersifat tradisional,
sedangkan pragmatisme dan eksistensialisme bersifat kontemporer.
1.
Idealsime
Fisafat ini dirumuskan diantaranya oleh Plato dan agustinus. Pada
idealis belajar adalah proses intelektual terutama yang melibatkan mengingat
dan gagasan, pendidikan benar-benar memperhatikan masalah konseptual. Pendidik yang
idealis lebih memilih kurikulum yang menghubungkan gagasan dan konsep satu sama
lainnya. Kaum idealis menganggap pelajaran klasik itu ideal, karena mengandung
kebenaran moral yang abadi.
2.
Realisme
Filsafat ini sering dikaitkan dengan Aristoteles dan Aquinas .
Dimana, realisme memandang dunia dalam hal objek dan materi. Orang bisa
mengenal dunia melalui indra dan pikiran mereka. Semua berasal dari alam dan
tunduk pada hukumnya. Perilaku manusia itu rasional bila sesuai dengan hukum
alam serta hukum fisik dan sosial. Segala sesuatu memiliki tujuan dan tujuan manusia adalah untuk berfikir.seperti
halnya idealis , realis menekankan kurikulum yang terdiri dari area konten
terpisah , seperti sejarah dan zoologi, dan memberi peringkan subjek paling
umum dan absrak. Pelajaran lebih ditekankan pada penumbuhan logika dan pikiran
abstrak.
3.
Pragmatisme
Pragmatisme berkembang tahun 1900 di A.S , filsafat ini menekankan
pengetahuan sebagai proses dimana realita terus berubah, tidak ada kebenaran
mutlak atau universal. Hal ini berbeda dengan idealisme dan realisme yang lebih
menekankan pada materi pelajaran. Pada pragmatisme belajar terjadi saat orang
tersebut terlibat dalam pemecahan masalah. Pelajar dan lingkungannya akan
selalu berubah dan pengajaran harus berfokus pada pemikiran kritis dengan
pertanyaan seperti “mengapa?””bagaimana bisa” dan “bagaimana jika”, jauuh lebih
penting dari sekedar “apa””siapa dan ”kapan?”
4.
Eksistensialisme
Filsafat ini berkembang sebelum tahun 1900 di A.S, dan sangat
populer di Eropa setelah perang dunia ke II. Menurut filsafat ini orang terus membuat pilihan dengan demikian
dapat mendefinisikan diri mereka sendiri. Kita adalah apa yang kita pilih,
dengan tersebut kita membuat esensi dan identitas kita sendiri. Oleh karenanya
filsafat ini lebih menekankan pada individualisme dan pemenuhan diri sendiri. Siswa
dianjurkan memilih bagaimana dan apa yang mereka pelajari, namun hal semacam
ini kurang sistematis di tingkat sekolah dasar. Pendidikan harus mengembangkan
kesadaran akan pilihan dan signifikansinya. Kurikulum eksistensialis terdiri
dari pengalaman dan pelajaran yang memberikan kebebasan individu dan pilihan. Misalnya,
seni ditekankan karena memang mereka menumbuhkan ekspresi diri dan
menggambarkan kondisi dan situasi manusia yang melibatkan pilihan. Guru dan
siswa mendiskusikan kehidupan dan pilihan mereka.
Kemudian terdapat empat filosofi pendidikan yang telah
disepakati yaitu : perennialisme,
esensialisme, progresivisme, dan rekonstruksiisme , masing-masing filosofi ini dapat
berakar dari empat filsafat yang sudah dijelaskan diatas. Ella Yulaelawati
(2003) menjelaskan filsafat-filsafat tersebut diantaranya sebagai berikut:
1.
Perenialisme
Perenialisme
adalah filsafat pendidikan tertua dan paling konservatif. lebih menekankan pada
keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan
dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang
memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini
menekankan pada kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak terikat pada
tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu dan bersifat
tradisional. Dimana tujuan pendidikan adalah mengembangkan orang yang rasional
dan menemukan kebenaran universal dengan mengembangkan kcerdasan dan karakter
moral siswa.
Kurikulum perennialist berpusat pada
subjek; Ini sangat bergantung pada disiplin yang ditetapkan atau badan isi yang
disusun secara logis, menekankan bahasa, sastra, matematika, dan sains. Guru
dipandang sebagai pihak berwenang di bidangnya. Mereka merangsang diskusi dan
kekuatan rasional siswa. Pengajaran didasarkan terutama pada metode Sokrates:
eksposisi, ceramah, dan penjelasan lisan. Tekanannya adalah pada melestarikan
pengetahuan, nilai, disposisi, dan adat istiadat terbaik dari masa lalu yang
jauh dan yang lalu. Tantangan pendidikan adalah menawarkan kurikulum yang
memungkinkan siswa untuk memahami sejarah dan budaya mereka. Pendidikan
bertujuan untuk mendorong siswa, warganegara masa depan kita, penegasan kembali
komitmen terhadap masyarakat mereka dan pembaharuan penilaian kontribusi budaya
mereka. Intinya, perennialisme adalah filsafat Barat yang menelusuri akarnya
kembali ke perkembangan realisme Aristoteles
2.
Essensialisme
Essensialisme
menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan
keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang
berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai
dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama
halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa
lalu.
Peran guru esensialis mengikuti filosofi
perennialis. Guru dianggap sebagai master subjek tertentu dan model yang layak
ditiru. Guru bertanggung jawab untuk kelas dan menentukan kurikulum dengan
masukan siswa minimal. Guru dihormati sebagai otoritas, menunjukkan standar
yang tinggi, dan mengharapkan hal yang sama dari siswa
3.
Progresivisme
Fisafat ini
menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada
peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan
landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.
4.
Rekonstruktivisme
Rekonstruktivisme
merupakan
lanjutan dari aliran progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia
masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan
individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan
tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan
mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan
sesuatu ? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dari pada proses.
Bagaimana memilih filsafat yang tepat untuk
digunakan dalam pengembangan kurikulum negara kita (Indonesia)? kemudian filsafat pendidikan manakah yang paling berpengaruh pada kurikulum sekarang dan yang telah lampau, bagaimana?
Sumber bacaan :
Ornstein,
A.C., dan Hunkins , F.P., Curriculum : Foundations, Principles, and Issues ,
seventh edition.
Tim pengembang
ilmu pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu dan aplikasi pendidikan : imtima